Halo kawan, pada tau gak, ternyata Aksara Jawa ada dongeng asal usulnya
lho!
Ceritanya gini nih,
Ada pemuda tampan bernama Ajisaka. Dia mempunyai abdi bernama Dora dan
sembada. Mereka tinggal di pulau Majethi.
Pada suatu hari, Ajisaka ingin meninggalkan pulau Majethi. Kemudian ia pun
mengembara bersama abdinya, Dora. Sedangkan sembada tetap di pulau Majethi
untuk menjaga pusaka milik Ajisaka dari tangan oranglain.
Di lain tempat, di pulau Jawa ada kerajaan nan jaya bernama Kerajaan
Medhangkamulan yang dipimpin oleh pemimpin bijak bernama Dewatacengkar. Pada
suatu hari juru masak Raja Dewatacengkar menghidangkan masakan daging manusia.
Namun, raja tidak mengetahuinya. Semakin lama raja semakin rakus dengan daging
yang dimakannya, sehingga sifat dia berubah 180 derajat. Dia menjadi bengis
dan kejam. Tak satupun rakyatnya berani kepadanya.
Pada saat itu juga, Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkaulan. Mereka
heran dengan keadaan yang menyeramkan tersebut, sehingga Ajisaka bertanya
kepada penduduk sekitar. Setelah Ajisaka mengetahui kerakusan Raja
Dewatacengkar, ia pun menyusun siasat. Ia menemui sang patih untuk menyerahkan
dirinya kepada Dewatacengkar.
Sang raja heran, mengapa ada seorang pemuda tampan nan bersih ingin
menyerahkan diri. Ajisaka mengatakan bahwa dirinya mau menjadi santapan raja
asalkan dia diberi tanah seluas ikat kepalanya dan yang mengukur harus Raja
Dewatacengkar. Sang prabu menyetujui. Ketika raja mulai mengukur, tiba-tiba
kain tersebut menjadi keras dan melebar hingga mendorong Dewatacengkar ke
jurang pantai laut selatan. Sang raja terlempar ke laut dan berubah menjadi
seekor buaya putih. Semenjak itulah Ajisaka dinobatkan menjadi raja di
Kerajaan Medhangkamulan.
Setelah penobatan, Ajisaka meminta Dora untuk pergi ke pulau Majethi untuk
mengambil pusaka Ajisaka. Kemudian, pergilah Dora ke pulau Majethi.
Sesampainya dipulau Majethi, Dora menemui Sembada untuk mengambil pusaka.
Namun, Sembada tidak mengijinkannya. Ia tetap berpegang teguh pada pesan
Ajisaka. Dora memaksa Sembada untuk menyerahkannya, karena itu utusan Ajisaka.
Sembada tetap tidak percaya. Keduanya beradu mulut hingga akhirnya mereka
bertempur. Mereka menyerang satu sama lain sampai mereka tewas.
Berita tewasnya kedua abdinya pun terdengar oleh Ajisaka. Ia sangat menyesal
akan perintahnya yang membuat mereka harus kehilangan nyawa. Ia mengenang
kisah kedua punggawanya lewat aksara jawa.
Berikut Aksara Jawanya :
Lagunya :
Ha Na Ca Ra Ka, ana utusan ( ada pesan )
Da Ta Sa Wa La, pada kerengan ( pada bertengkar )
Pa Dha Ja Ya Nya, pada jayane ( sama-sama unggul )
Ma Ga Ba Tha Nga, do dadi batang ( menjadi meninggal )

0 komentar:
Posting Komentar