Kamis, 02 Maret 2017

Dongeng Asal Usul Aksara Jawa

Halo kawan, pada tau gak, ternyata Aksara Jawa ada dongeng asal usulnya lho!

Ceritanya gini nih,


Ada pemuda tampan bernama Ajisaka. Dia mempunyai abdi bernama Dora dan sembada. Mereka tinggal di pulau Majethi.

Pada suatu hari, Ajisaka ingin meninggalkan pulau Majethi. Kemudian ia pun mengembara bersama abdinya, Dora. Sedangkan sembada tetap di pulau Majethi untuk menjaga pusaka milik Ajisaka dari tangan oranglain.

Di lain tempat,  di pulau Jawa ada kerajaan nan jaya bernama Kerajaan Medhangkamulan yang dipimpin oleh pemimpin bijak bernama Dewatacengkar. Pada suatu hari juru masak Raja Dewatacengkar menghidangkan masakan daging manusia. Namun, raja tidak mengetahuinya. Semakin lama raja semakin rakus dengan daging yang dimakannya, sehingga sifat dia berubah 180 derajat. Dia menjadi bengis dan kejam. Tak satupun rakyatnya berani kepadanya.

Pada saat itu juga, Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkaulan. Mereka heran dengan keadaan yang menyeramkan tersebut, sehingga Ajisaka bertanya kepada penduduk sekitar. Setelah Ajisaka mengetahui kerakusan Raja Dewatacengkar, ia pun menyusun siasat. Ia menemui sang patih untuk menyerahkan dirinya kepada Dewatacengkar.

Sang raja heran, mengapa ada seorang pemuda tampan nan bersih ingin menyerahkan diri. Ajisaka mengatakan bahwa dirinya mau menjadi santapan raja asalkan dia diberi tanah seluas ikat kepalanya dan yang mengukur harus Raja Dewatacengkar. Sang prabu menyetujui. Ketika raja mulai mengukur, tiba-tiba kain tersebut menjadi keras dan melebar hingga mendorong Dewatacengkar ke jurang pantai laut selatan. Sang raja terlempar ke laut dan berubah menjadi seekor buaya putih. Semenjak itulah Ajisaka dinobatkan menjadi raja di Kerajaan Medhangkamulan.

Setelah penobatan, Ajisaka meminta Dora untuk pergi ke pulau Majethi untuk mengambil pusaka Ajisaka. Kemudian, pergilah Dora ke pulau Majethi. Sesampainya dipulau Majethi, Dora menemui Sembada untuk mengambil pusaka. Namun, Sembada tidak mengijinkannya. Ia tetap berpegang teguh pada pesan Ajisaka. Dora memaksa Sembada untuk menyerahkannya, karena itu utusan Ajisaka. Sembada tetap tidak percaya. Keduanya beradu mulut hingga akhirnya mereka bertempur. Mereka menyerang satu sama lain sampai mereka tewas.

Berita tewasnya kedua abdinya pun terdengar oleh Ajisaka. Ia sangat menyesal akan perintahnya yang membuat mereka harus kehilangan nyawa. Ia mengenang kisah kedua punggawanya lewat aksara jawa.
               

Berikut Aksara Jawanya :




Lagunya :

Ha Na Ca Ra Ka, ana utusan ( ada pesan )

Da Ta Sa Wa La, pada kerengan ( pada bertengkar )

Pa Dha Ja Ya Nya, pada jayane ( sama-sama unggul )

Ma Ga Ba Tha Nga, do dadi batang ( menjadi meninggal )


0 komentar:

Posting Komentar